Pabrik Es Minerva Kota Kupang, Hasil Karya Desain Presiden Soekarno?






ViralKupang.News  - Bukan Orang Kupang kalau tidak tahu sejarah. Sejarah ada untuk dikenang, sejarah ada untuk diceriterakan. Sejarahlah yang bercerita tentang indah dan buruknya masa lampau. Berbicara sejarah tentunya tak lepas dari situs budaya. Salah satu   yang terletak di Kampung Solor  jalan siliwangi Kota Kupang tepatnya di kawasan pertokoan berdiri kokoh sebuah bangunan tua beratap genteng yang lapuk termakan usia. Namun, Tahukah anda jika banyak sumber menyebutkan bahwa Rumah tua yang bernama Minerva itu  adalah buah tangan Bung Karno, Presiden pertama Indonesia?  Sayangnya, banyak masyarakat kota Kupang yang hampir tidak tahu. 
Mereka hanya ingat kalau gedung tua tersebut adalah Sebuah Pabrik Es milik Pengusah  kaya Kong Seong pada Tahun 1930-an. Tentunya anda kaget dengan pernyataan tersebut. Bagaimana bias  sampai soekarno bisa merancangnya?, bukankah soekarno diasingkan di ende pada masa tersebut? Mengapa Harus Kong Seong yang gedungnya didesain oleh Sukarno? Anda pasti penasaran, tetapi ada lebih baiknya kita simak fakta dan bukti sejarah dari berbagai sumber ini.


Leopold Nicolas Nisnoni, BBA (anak dari Alfons Nisnoni, Raja Kupang ketiga) mengatakan,  karya tangan Bung Karno di Kota Kupang adalah bangunan Pabrik Es Minerva. Arsitektur gedung pabrik itu digambar oleh Bung Karno saat berada di tempat pengasingannya di Ende. Bung Karno menjalani masa pengasingannya di Kota Ende, Pulau Flores tahun 1934-1938. Tatkala itu Bung Karno dibuang ke Ende dan dekat dengan orang-orang China yang membantunya dalam berbagai hal. Kong Seo (Tjiong Koen Siong) salah satu orang china yang berteman baik dengan Bung Karno.


 Maka Kong Seo (Sebutan Orang Kupang, Red) yang tahu bahwa Bung Karno adalah seorang arsitek, lalu meminta bantuan pada Bung Karno.

Dalam buku ”The Making Of Middle Indonesia” Gerry Van Klinken menulis :

 “Kupang’s most famous entrepreneur just before World War II was Tjiong Koen Siong. His art deco movie theatre called Sunlie (later the Royal, and after independence the Raya) still stands today, downgraded to a dealership for lubricating oil. It showed films only on the rare occasions that the steamship brought a new one, but it also hosted live theatre,dances, and political meetings. His Minerva ice factory next door was the stuff of poetry in the local newspapers – one newspaper suggested he should get a queen’s medal for it, and when it broke down in 42 degrees Celsius heat citizens expressed worries about their health.12 His petrol bowser served the few motor vehicles in town. In 1937 he opened an electricity generating plant to much acclaim. Koen Siong (as he is still known) also owned a lemonade factory, and ran the weekly mail truck along the pioneering road into the interior” 
 
Penggalan diatas menyatakan Kong Seo memiliki bioskop yang disebut Sunlie kemudian berganti menjadi Bioskop Raya. Dia termasuk orang china sukses karena memiliki gedung untuk teater, dansa, pertemuan politik dan lain-lain. 

Gedung Minerva yang kita bahas dulunya adalah gedung pabrik es pada zaman itu. Dulu, pintu utamanya menghadap ke utara ke jalan utama. Pada pintu tertulis dalam Bahasa Belanda, Minerva Ijs Fabriek. Di kemudian hari, pintu utama dipindahkan ke sebelah timur dengan tulisan berbahasa Indonesia: Pabrik Es Minerva seperti yang bisa dibaca di foto dibawah ini.

Tidak diketahui kapan bangunan ini dibuat, tetapi bangunan ini sudah tertera dalam peta tahun 1943. Pada tahun 1937, diketahui bangunan ini difungsikan sebagai Pusat Pembangkit Listrik Kupang. Beberapa saksi menyebutkan ada tulisan 1937 di dalam gedung bertuliskan bahasa China “1937” ini diduga merupakan tahun dijadikannya gedung Pembangkit Listrik.

Bangunan Minerva sejatinya simetris dengan bentuk empat persegi ini mendapat pengaruh Art Deco. Kong seo juga pecinta interior bergaya Art Deco. Kesan Art Deco tampak sangat kuat pada fasade bangunan tersebut. Permainan garis dan bidang pada bagian atas fasade bangunan sangat tegas berciri Art Deco.


Masa kejayaan arsitektur Art Deco di Bandung terjadi sekitar tahun 1920-an. Saat itu pemerintah Hindia Belanda berencana memindahkan ibu kota dari Batavia ke Bandung. Kemudian secara bertahap didirikanlah gedung-gedung baru untuk perkantoran Hindia Belanda dengan gaya arsitektur yang sedang populer saat itu yaitu Art Deco. Salah satu bangunan dengan gaya Art Deco di Bandung adalah Grand Hotel Preanger. Hotel bergaya Art Deco geometrik ini didesain ulang oleh Wolff Schoemaker pada tahun 1929 yang dibantu oleh seorang muridnya yaitu Ir. Soekarno (Presiden kita yang pertama) .



Hal tersebut menunjukkan bahwa Kong Seo secara tidak sengaja mendapatkan seorang insinyur yang memiliki selera Arsitektur Art Deco yang sama untuk mendesain gedung-gedungnya. Tentunya Bung Karno tidak menolak untuk membantu Kong Seo. Hitung-hitung mengisi waktu kosong dalam pengasingannya di Ende. Oleh karena itulah ia meminta Bung karno untuk mendesain Minerva dan Theaternya. Bisa kita temukan Tidak jauh dari bangunan Pabrik Es Minerva, terdapat juga sebuah bangunan berlanggam Art Deco yang Kini oleh PT. Sulung Budi dimamfaatkan untuk menjual Oli dan Ban merk Good Year (Depan Ezra Mart ). Bangunan segi empat dengan aksen sebuah menara pada bagian depan ini diperkirakan dibangun menjelang pertengahan abad XX itu dirancang sendiri oleh Ir. Soekarno.

Leopold Nisnoni menuturkan, Bung Karno juga datang ke Kupang tahun 1950. Kala itu salah seorang Raja yang menerima Bung Karno adalah Raja Kupang III, Alfons Nisnoni (Bapaknya) beserta Raja Raja Timor lainnya. "Ada fotonya bersama bapak saya. Nanti saya kasih tunjuk," ujar Leopold, Raja Kupang ke empat tersebut.

Deskripsi: ir-soekarno-tiba-di-kupang-tahun-1950_20170604_155716.jpg

Leopold menjelaskan,  Bung Karno datang ke Kupang pasca penetapan NIK. Selama beberapa hari di Kupang, Bung Karno mengunjungi sejumlah tempat,misalnya Tugu HAM, termasuk kantor Resident.  "Kalau dia (Bung Karno, Red) datang, ada malam ramah tamah di kantor bupati lama di Jalan Soekarno. Di situ ada menari-menari dan tarian dibawakan oleh gadis-gadis Kupang," tuturnya.

Melihat uraian di atas, Kita bisa menemukan nilai sejarah dalam hal “tolong menolong” yang sudah dilakukan oleh Bung Karno dan Kong Seo.  Namun bukti nilai “tolong menolong” karya Bung Karno tersebut kini tergerus zaman dan terancam musnah. Kini Minerva sudah lapuk dimakan usia. Tidak terawat, terkelupas dan terkesan angker di malam hari.  yang lebih miris , banyak generasi muda yang tidak tahu sejarah indah gedung-gedung ini. Gedung-gedung yang bercerita kepada masa dan waktu bahwa telah terjadi tali kasih antara soekarno dan warga Kupang secara tidak langsung kepada Kong Seong.

Karena itu marilah perbanyak membaca dan gali sejarah untuk menambah kecintaan kita pada budaya. Jangan lupa juga untuk melindungi dan melestarikan benda bersejarah. Akhir kata redaksi mengutip sebuah kalimat JASMERAH. “Jangan sekali-kali Melupakan Sejarah” – Bung Karno.



By Prianti Media Group Publisher @2018


Diolah dari berbagai Sumber :

Gery Van Klinken, Buku The Making Of Middle Indonesia.

Majalah Tjinta Kebenaran, 10 October 1935;
Obor Masjarakat, January 1939. On the electricity plant: 
Tjinta Kebenaran, 10 September 1936 (also on lemonade), 20 January 1937;
Pewarta Timoer, 6 December 1939, reports feared blackouts after his Dutch engineer leaves town suddenly. On the mail truck: Tjinta Kebenaran, 20–30 October 1936.
Tulisan web: 
Tulisan (naskah: Peter Rohi/foto: Peter Rohi dan Pelipus Libu Hero/editor: Heti Palestina Yunani) di Minerva, Gedung yang Didesain Bung Karno.
M.A. Therik,Wilson, Kota Kupang sebagai Heritage City.
https://www.arsitag.com/article/category/pengetahuan-dasar/Arsitektur Art Deco



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siswa SD hamili Siswi SMP yang baru lulus, katanya bukan pertama kali "gituan" .

Inilah Sosok Remaja Penari Erotis Asal Kupang Viral Yang Buat Geram Warga Kupang